Kamis, 23 Februari 2023

Koneksi Antar Materi Modul 2.1

 PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI


Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid. 

Melakukan pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

  1. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
  2. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
  3. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang proses belajar mereka.
  4. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas, namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
  5. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
Kesimpulan pembelajaran berdiferensiasi adalah ragam pembelajaran yang di rancangn untuk mengakomodir pemenuhan kebutuhan belajar murid dengan memperhatikan kesiapan belajar , minat profil belajar murid. Ada 3 strategi diferensiasi, antara laian:

1. Diferensiasi konten , terkait dengan materi ajar yang di sampaikan kepada murid, media konkret, dan abstrak, memastikan murid dapat mengakses materi sesuai gaya belajarnya.

2. Diferensiasi proses, terkait dengan pemahaman murid memaknai materi yang dipelajari, dengan cara: kegiatan berjenjang memvariasikan lama waktu, mengembangkan kegiatan bervariasi menggunakan pengelompokan yang fleksibel.

3. Diferensiasi produk , terkait dengan tagihan pembelajaran atau hasil karya pekerjaan murid, atau sesuatu yang ada wujudnya . Seperti: tulisan/ karangan/ foto/ vidio dll.

Langkah-langkah penerapan pembelajaran berdiferensiasi:

1. Menetukan tujuan pembelajaran

2. Melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid

3. Menetukan strategi yang akan dilakukan dan alat penilaian ( menggunakan diagram equalizer)

4. Menentukan kegiatan pembelajaran : berupa konten , proses, dan produk.

.5. Melakukan refleksi ( meningkatkan hal yang menjadi kekurangan dan mempertahankan hal yang menjadi kelebihan , adanya faktor pendukung dan penghambat.

Perlunya penerapan pembelajaranberdiferensiasi yaitu:

1. Kemampuan siswa berbeda dan beragam dalam hal minat, kesiapan, serta profil belajar siswa.

2. Agar pembelajaran berjalan dengan baik dan siswa menemukan kebahagiaan.

Berdasarkan hasil pemetaan kebutuhan belajar siswa , guru dapat mengetahui dan memahami gaya belajar siswa ( auditori, visual, dan kinestetik). Solusinya guru dapat menggunakan berbagai media pembelajaran untuk mengakomodir semua kebutuhan belajar murid.

Seperti yang telah saya pelajari di modul sebelumnya, Ki Hajar Dewantara telah menyampaikan bahwa maksud dari pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai  manusia maupun anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sebagai pendidik, kita tentu menyadari bahwa setiap anak adalah unik dan memiliki kodratnya masing-masing. Tugas kita sebagai guru adalah menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan setiap anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan kodratnya masing-masing, dan memastikan bahwa dalam prosesnya, anak-anak tersebut merasa selamat dan bahagia.

Kaitan antar materi Modul 1 dengan modul 2.1 yaitu: Modul 1 menjelaskan tentan filosofi Ki Hajar Dewantara, nilai peran dan guru penggerak, visi murid merdeka belajar ( BAGJA) , serta penerapan budaya positif di sekolah, Hal ini berkaitan erat dengan modul 2.1 yang menjelaskan tentang penerapan pembelajaran berdiferensiasi , sehingga kebutuhan murid yang beragam dapat terpenuhi dengan baik dan tercapainya pembelajar sejati, dengan profil pelajar pancasila dan terwujudnya cita-cita merdeka belajar.

Sabtu, 18 Februari 2023

Refleksi Mingguan Modul 2.1

 Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

Jurnal Refleksi mingguan kali ini saya akan menulis tentang memenuhi kebuthan murid melalui pembelajaran berdiferensiasi. Pada awal modul 2 ini seperti biasa saya mengisi pre test, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan daring berupa membaca pengetahuan awal yaitu mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Demonstrasi Kontekstual, dan kegiatan lainnya melakukan Eklaborasi Pemahaman, Koneksi antar materi, dan membuat aksi nyata.

Modul 2.1 saya awali dengan mengerjakan soal pre test sebanyak 30 soal pilihan ganda yang memuat materi-mayteri yang akan dipelajari di modul 2. Sedangkan kegiatan Mulai dari Diri saya diajak untuk berefleksi bagaimana pengelolaan kelas yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar murid yang berbeda-beda, selain itu saya diajak meceritakan kembali pengalaman tentang bagaimana tindakan guru di yang pernah mengajar saya.

Kegiatan selanjutnya yaitu elaborasi konsep, pada kegiatan elaborasi ini dibagi atas 2 yaitu belajar mandiri dan Forum Diskusi yang dibagi lagi menjadi dua sesi. Belajar mandiri, saya diharapkan dapat memahami konsep pembelajaran berdiferensiasi dari berbagai kasus yang dilanjutkan pada forum diskusi, forum diskusi sesi 1 difasilitasi oleh fasilitator kami berdisuksi berbagai kasus pembelajaran berdiferensiasi yang dilajutkan pada forum diskusi sesi 2, kami menganisis setiap kasus dan mempresntasikan hasil anislis setiap kasus sambil memberikan komentar dan pertanyaan terkait kasus-kasus pembelajaran berdiferensiasi. diakhir diskusi kami diberikan penjelasan tentang pembelajaran berdiferensiasi sebagai bentuk penguatan dan pencerahan kepada kami. 


Senin, 13 Februari 2023

AKSI NYATA BUDAYA POSITIF


Makna Kata Disiplin

Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahw

“dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat ”self discipline” yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka. 
(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka,  Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470).

        Pelaksanaan Diseminasi Budaya Posistif di lingungan Kecamatan Buntulia, Kabupaten Pohuwato terlaksana dengan baik yang diikuti oleh guru-guru dan kepala sekolah dari tiga sekolah yaitu SDN 02 Buntulia, SDN 06 Buntulia, dan SDN 09 Buntulia yang bertempat di SDN 06 Butulia pada hari kamis tanggal 19 Januari 2023.
        Pada awal perencanaan pelaksanaan diseminasi hanya akan dilaksanakan pada sekolah Calon Guru Penggerak yaitu di SDN 09 Buntulia, namun besarnya antusias dari beberapa sekolah yang ingin bergabung untuk belajar, maka terlaksana pada tiga gabungan sekolah. Antusias yang tinggi dari guru-guru di kecamatan Buntulia menggambarkan secara langsung bahwa penerapan Budaya Positif mulai terbentuk secara perlahan.
        Penyampaian Diseminasi Penerapan Budaya Positif di lingkungan kecamatan Buntulia mencakup materi-materi Prinsip Dasar Disiplin Positif, Nilai-nilai Kebajikan, Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Keyakinan Kelas, Kebutuhan Dasar Manusia, 5 Posisi Kontrol, dan segitiga Restitusi. Materi disampaikan dengan metode ceramah, games, dan simulasi langsung. Melalui berbagai metode penyampaian materi guru-guru sangat antusias mengikuti, terakhir untuk mengkonfirmasi pengetahuan guru tentang budaya postif, saya sebagai pelaksana diseminasi melakukan tes dalam bentuk Quizizz yang menambah semangat pada akhir kegiatan.
        Saya sebagai pelaksana diseminasi mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Pengawas, Kepala-kepala Sekolah, dan seluruh guru di Kecamatan Buntulia yang mendukung penuh kegiatan Diseminasi Budaya Positif.
        

Sabtu, 19 November 2022

Jurnal Refleksi Modul 1.2

 NILAI dan PERAN GURU PENGGERAK

Oleh
Alwin H. Usman


Salah satu tugas Calon Guru Penggerak adalah menuliskan refleksi dari setiap modul yang telah dipelajari, kali ini saya akan menuliskan Refleksi modul 1.2 yaitu Nilai dan Peran Guru Penggerak.

Berikut merupakan nilai guru penggerak yaitu, Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, dan Berpihak pada murid.

Berikut juga peran dari guru penggerak yaitu, Menjadi Pemimpin Pembelajaran, Menjadi Coach bagi guru lain, Mendorong Kolaborasi, Mewujudkan Kepemimpinan Murid, Menggerakkan Komunitas Praktisi.

Pada modul ini juga kami dimintakan untuk konektivitas antara modul 1.1 Filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak, berikut video konektivitas antar materi


berikut aksi nyata modul 1.2







 


Rabu, 09 November 2022

Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

Asas Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara (KHD) membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran dalam memahami arti dan tujuan Pendidikan. Menurut KHD, pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi menurut KHD (2009), “pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”

Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.

Maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk perikehidupan bersama ialah memerdekakan manusia sebagai bagian dari persatuan (rakyat). Manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya lahir atau batin tidak tergantung pada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri. Pendidikan menciptakan ruang bagi murid untuk bertumbuh secara utuh agar mampu memuliakan dirinya dan orang lain (merdeka batin) dan menjadi mandiri (merdeka lahir). Kekuatan diri (kodrat) yang dimiliki, menuntun murid menjadi cakap mengatur hidupnya dengan tanpa terperintah oleh orang lain.

Dasar Dasar Pendidikan yang Menuntun

KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. 

Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani. Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal.

Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Anak juga secara sadar memahami bahwa kemerdekaan dirinya juga mempengaruhi kemerdekaan anak lain. Oleh sebab itu, tuntutan seorang guru mampu mengelola dirinya untuk hidup bersama dengan orang lain (menjadi manusia dan anggota masyarakat)

KHD juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, “waspadalah, carilah barang-barang yang bermanfaat untuk kita, yang dapat menambah kekayaan kita dalam hal kultur lahir atau batin. Jangan hanya meniru. Hendaknya barang baru tersebut dilaraskan lebih dahulu”. KHD menggunakan ‘barang-barang’ sebagai simbol dari tersedianya hal-hal yang dapat kita tiru, namun selalu menjadi pertimbangan bahwa Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.

Kekuatan sosio-kultural menjadi proses ‘menebalkan’ kekuatan kodrat anak yang masih samar-samar. Pendidikan bertujuan untuk menuntun (memfasilitasi/membantu) anak untuk menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki laku-nya untnuk menjadi manusia seutuhnya. Jadi anak bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang dewasa.

Kodrat Alam dan Kodrat Zaman

KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”

KHD mengelaborasi Pendidikan terkait kodrat alam dan kodrat zaman sebagai berikut

“Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan” (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21)

KHD hendak mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. Bila melihat dari kodrat zaman, pendidikan saat ini menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad ke-21 sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka konteks lokal sosial budaya murid di Indonesia Barat tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan murid di Indonesia Tengah atau Indonesia Timur.

Mengenai Pendidikan dengan perspektif global, KHD mengingatkan bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal sosial budaya Indonesia. Oleh sebab itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh KHD adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia. Kekuatan sosial budaya Indonesia yang beragam dapat menjadi kekuatan kodrat alam dan zaman dalam mendidik (menuntun kekuatan kodrat anak).

KHD menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri. Artinya, cara belajar dan interaksi murid Abad ke-21, tentu sangat berbeda dengan para murid di pertengahan dan akhir abad ke-20. Kodrat alam Indonesia dengan memiliki 2 musim (musim hujan dan musim kemarau) serta bentangan alam mulai dari pesisir pantai hingga pegunungan memiliki keberagaman dalam memaknai dan menghayati hidup. Demikian pula dengan zaman yang terus berkembang dinamis mempengaruhi cara pendidik menuntun para murid.

Budi Pekerti

Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor).

Lebih lanjut KHD menjelaskan, keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual). Keluarga juga merupakan dsebuah ekosistem kecil untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan institusi pendidikan lainnya.

Alam keluarga menjadi ruang bagi anak untuk mendapatkan teladan, tuntunan, pengajaran dari orang tua. Keluarga juga dapat menjadi tempat untuk berinteraksi

sosial antara kakak dan adik sehingga kemandirian dapat tercipta karena anak-anak saling belajar antara satu dengan yang lain dalam menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Oleh sebab itu, peran orang tua sebagai guru, penuntun, dan pemberi teladan menjadi sangat penting dalam pertumbuhan karakter baik anak.

Budi Pekerti merupakan keselarasan (keseimbangan) hidup antara cipta, rasa, karsa dan karya. Keselarasan hidup anak dilatih melalui pemahaman kesadaran diri yang baik tentang kekuatan dirinya kemudian dilatih mengelola diri agar mampu memiliki kesadaran sosial bahwa ia tidak hidup sendiri dalam relasi sosialnya sehingga ketika membuat sebuah keputusan yang bertanggungjawab dalam kemerdekaan dirinya dan kemerdekaan orang lain. Budi Pekerti melatih anak untuk memiliki kesadaran diri yang utuh untuk menjadi dirinya (kemerdekaan diri) dan kemerdekaan orang lain.


Pertanyaan-pertanyaan refleksi pemikiran Ki Hajar Dewantara

Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1?

ternyata Sebelum mempelajari modul 1.1 pada program guru penggerak ini, begitu banyak kekeliruan yang saya lakukan selama melaksanakan proses pembelajaran, diantaranya pembelajaran belum berfokus 100 % pada anak didik, saya juga sering mengejar ketertinggalan materi hanya untuk menyesuaikan dengan program semester yang telah saya susun sebelumnya, dan keberhasilan diukur pada ketercapaian KKM, sehingga kadang membuat saya jengkel jika banyak siswa yang tidak memenuhi KKM yang telah ditetapkan. saya juga sering menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang baik menurut saya, tanpa memperhatikan kebutuhan siswa atau pembelajaran seperti apa yang mereka inginkan. saya juga sering memberikan hukuman kepada siswa saat mereka tidak mengerjakan tugas-tugas yang saya berikan, buntut dari kekesalan karena tidak tercapainya KKM, lagi-lagi KKM menjadi prioritas utama saya, sehingga rasa ikhlas dalam mengajar saya hilang.

Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?

saya harus bersyukur dan berterima kasih kepada pemerintah yang telah merancang program guru penggerak ini, karena melalui pendidikan guru penggerak ini pola pikir saya tentang pembelajaran yang memerdekakan siswa terbuka, saya bisa memahami makna dari pemikiran-pemikiran ki hajar dewantara, saya sadar bahwa setiap siswa memiliki potensi mereka masing-masing, dan merekalah penerus pembangunan dimasa yang akan datang.

Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?

Identifikasi karakteristik anak

Melaksanakan pembelajaran sesuai kebutuhan peserta didik

Menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan

Menjadi contoh yang baik



Modul 1.2.a.3 "Mulai dari Diri"

 oleh

Alwin H. Usman

Calon Guru Penggerak Angkatan 7

Guru SDN 09 Buntulia Kabupaten Pohuwato


Kegiatan 1 : Trapesium Usia

Tugas 1 : Refleksi

Apa peristiwa positif dan negatif yang saya tuliskan di sana?

peristiwa positif : saya mewakili sekolah dalam lomba mata pelajaran saat saya masih duduk di kelas 4

peristiwa negatif : saya pernah mendapat nilai nol pada mata pelajaran matematika saat kelas 1 SMA

Selain saya, siapa lagi yang terlibat di dalam masing-masing peristiwa tersebut?

peristiwa positif : saya ingatnya bersaing dengan kakak kelas 5 untuk mewakili sekolah, dan ada juga kakak kelas yang mewakili lomba mata pelajaran IPA

peristiwa negatif : ada beberapa teman (pian, zaldi)

Dampak emosi apa saja yang saya rasakan hingga sekarang? (silakan gunakan roda emosi Plutchik di Gambar 2 untuk mengidentifikasi persisnya perasaan Bapak/Ibu di masa itu)

peristiwa positif : saya merasa bangga dan senang bisa mengalahkan kakak kelas untuk mewakili sekolah pada lomba mata pelajaran matematika

peristiwa negatif : saya kecewa, sedih karena saya tidak lebih baik ketika saya masih SD dan SMP

Mengapa momen yang terjadi di masa sekolah masih dapat saya rasakan dan masih dapat memengaruhi diri saya di masa sekarang?

berkat peristiwa di sekolah, adanya bimbingan dari guru saya bisa menjadi seperti saat ini

Pelajaran hidup apa yang saya peroleh dari kegiatan trapesium usia dan roda emosi, terkait peran saya sebagai guru terhadap peserta didik saya?

saya merasa sedang melihat diri saya yang dulu sedang belajar, saya harus bisa menyiapkan anak didik saya sebagai manusia yang merdeka dalam belajar agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat.

Bagaimana saya menuliskan nilai-nilai yang saya yakini sebagai seorang Guru, dalam 1 atau 2 kalimat menggunakan kata-kata: "guru", "murid", "belajar", "makna", "peran"?

Guru mempunyai peran penting, guru sebagai penuntun, Guru sebagai panutan terhadap murid di sekolah dalam melaksanakan pembelajaran yang bermakna.

Tugas 2. Nilai dan peran guru penggerak menurut saya

Apa nilai-nilai dalam diri saya yang membantu saya menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya?

saya selalu mencari tahu hal baru dalam proses pembelajaran untuk saya terapkan di kelas, sehingga mampu menciptakan pembelajaran yang menarik bagi peserta didik saya

Apa peran yang selama ini saya mainkan dalam menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya?

saya sebagai guru yang menjadi motivator, sahabat, orang tua bagi peserta didik saya, dan saya menjadi rekan kerja yang ingin selalu berbagi dan berkolaborasi bersama guru dan komunitas saya untuk mendapatkan hal baru dan bermanfaat bagi saya serta rekan guru dan komunitas.

Jumat, 16 Oktober 2020

Bolehkan Sahabat Rumah Belajar Kami Undang Lagi?

Salah satu cara untuk mengasah dan memperkuat semua pengetahuan yang kita ketahui yaitu dengan cara berbagi. Berbagi pengetahuan tidak akan merugikan kita, malah sebaliknya apa yang kita ketahui dan kita bagikan kepada orang lain akan menguntungkan kita, kita dapat merefresh kembali dan mengupdate apa yang telah kita ketahui.

 
Hari Jum’at tanggal 16 Oktober 2020 Sahabat Rumah Belajar berbagi cara memanfaatkan fitur-fitur portal rumah belajar pada guru-guru yang berada di SDN 06 Paguat. Sekolah yang beralamat di Jalan Pelabuhan Desa Bumbulan Kecamatan Paguat ini memiliki moto SDN 06 Paguat Bangkit. Melalui kepala sekolah Ibu Siti Romlah S.Pd.SD., pada sambutannya menyampaikan ingin sekali memajukan sekolah diberbagai bidang yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi guru dan siswa. Kepala Sekolah berharap dengan hadirnya Sahabat Rumah Belajar dapat memberikan tambahan pengetahuan kepada seluruh staf dewan guru, termasuk di dalamnya beliau sebagai kepala sekolah.

Suasana penyampaian materi berjalan begitu manarik dan penuh semangat, banyak pertanyaan yang muncul dari guru-guru, sehingga sering terjadi diskusi tanya jawab antara SRB dan guru-guru. Tidak terbatas pada pemanfaatan fitur-fitur rumah belajar. Bahkan ada beberapa guru yang tertarik ingin belajar membuat video pembelajaran untuk mengisi konten-konten yang masih kurang pada fitur rumah belajar.




Pada akhir acara, kepala sekolah dengan penuh harap dapat mengundang kembali Sahabat Rumah Belajar untuk berbagi pengetahuan berbasis teknologi lainnya yang berkaitan dengan pembelajaran. Hal ini diutarakan dengan kalimat ”bolehkan kami mengundang sahabat rumah belajar lagi dilain waktu”?, tentunya kami Sahbat Rumah Belajar menjawab, dengan senang hati kami akan datang jika diundang lagi. Harapan kami sebagai Sahabat Rumah Belajar, SDN 06 Paguat dapat bangkit menjadi sekolah yang berprestasi.

#MerdekaBelajar

#Pembatik2020

#PembatikLevel4

#SRBGorontalo

#RumahBelajarKemendikbud

Koneksi Antar Materi Modul 2.1

  PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi...